Monday, June 2, 2014

Rough week, baby!

Hello, it's been a while since i wrote the last post!
Minggu lalu is kind of a rough week for me and my husband, padahal lagi pas enak-enak menikmati libur di bulan Mei 2014 yang selang-seling dalam seminggu.
Why? Karena kita berdua sibuk bolak-balik rumah sakit ngurus jagoan kita yang bahkan masih di dalem perut aja udah jago jadi PHP (baca: Pemberi Harapan Palsu) hihi..

Senin, 26 Mei 2014
Hari ini ditinggal suami ke pulau seberang (Pulau Harapan) karena ada job pre-wedding photo session dan istrinya terpaksa ditinggal karena lagi hamil besar huhu padahal mau banget kalo bisa ikut, lumayan selip-selipin liburan in the middle of working day kan. Seharian ini berjalan normal, sampai malemnya kira-kira jam 9 saya dilanda kebosanan dan pengen nonton DVD yang disetel langsung dari Hard Disk yang dicolok ke TV. Kebetulan, TV di kamar kami itu digantung di dinding, jadi memang butuh sedikit effort untuk naik ke atas kursi atau apapun untuk nyolokin HD-nya ke TV, apalagi dengan tinggi badan saya yang lumayan mini ini. Sebenernya emg tadinya mau minta tolong adik saya yang kebetulan lagi liburan ke Jakarta, tapi ah saya pikir saya bisa kerjain sendiri. Naiklah saya ke pinggiran tempat tidur dan satu kaki lagi bertumpu di pinggiran meja rias trs nyolokin kabel HD tapi sepersekian detik kemudian saya kehilangan keseimbangan. Spontan saaya langsung lompat ke area kosong di samping tempat tidur dan end up dengan menumpu badan 66kg pake satu kaki, well, saya pikir daripada saya jatoh ngejeblak ke belakang atau ke samping saya bisa kejeduk tempat tidur atau meja rias. Shock? Bingiiiits! Perut saya langsung keras sekeras-kerasnya (semacam kontraksi tanpa mules) dan bayi di dalam perut ga bergerak sama sekali selama kira-kira setengah jam sampai akhirnya dia bergerak sedikit lemah setelah saya panggil-panggil namanya selama setengah jam tadi. Dag-dig-dug, itu rasanya jadi setengah jam terlama saya huhu. Saya kemudian coba merelaksasi diri dengan melanjutkan niat saya nonton DVD. Di tengah2 menonton, saya kebelet pipis. Tapi setelah pipis yang pertama, ga ada jeda 15 menit saya pun kebelet lagi (padahal saya belum minum apapun) dan sampai di kamar mandi, pipis pun tidak bisa ditahan langsung keluar banyak banget, lebih banyak dari sebelumnya, warna bening bersih, dan tidak berbau pesing. Saya coba mencium underwear saya pun tidak ada bau pesing sama sekali. Saya pun kembali ke kamar dengan galau. Tidak sampai 15 menit kedua, saya pun kembali kebelet parah sampai saya tidak dapat menahan air yang keluar di perjalanan ke WC. Oke. Saya pun mulai merasa insecure, what if my water broke? Setelah itu memang sih tidak ada cairan yg keluar kembali, tapi berdasarkan saran dari beberapa teman, saya pun meniatkan untuk cek ke RS esok hari.

Selasa, 27 Mei 2014
Paginya, saya menanyakan perihal air ketuban ke mama saya. Beliau pun menyarankan untuk mengecek saja ke RS, namun hari ini adik saya pulang ke Surabaya dan diantarkan oleh papa dan mama saya. Daripada saya sendirian di rumah atau sendirian pergi ke RS, saya pun ikut mengantarkan adik saya dan mereschedule cek up ke RS di sore harinya. Dari airport pun saya ditemani mama dan papa pun langsung meluncur ke RS, sesampainya disana saya langsung mengutarakan maksud saya di bagian reception untuk cek ketuban dan langsung diboyong pake kursi roda (maluuu, sore itu RS Hermina Galaxy rame bgtt, kesannya lebay aja hehe tapi suster bilang justru harusnya kalo ada indikasi pecah ketuban didorongnya pake tempat tidur dorong yg di UGD itu, hhiiihh makin males hehe). Sampai di ruang observasi di lantai 2, saya langsung diminta untuk melepas underwear dan rebahan. Bidannya bilang "saya cek ketuban apa bukan ya bu, tapi karena di celana ibu tidak basah jadi saya cek dalem ya pake kertas lakmus ini". Jreng! Bayangin cek dalem yang menurut teman2 terdekat itu gak ngenakin langsung menyerang saya, karena saya belum pernah cek sama sekali selain USG TransV yang pernah saya lakukan di awal kehamilan dulu. Normalnya saja saya baru akan cek panggul di tanggal 2 Juni besok oleh dokter, jadi ya saya sama sekali ga ada bayangan seperti apa rasanya. "oke bu ini sedikit ga nyaman ya bu, yuk kakinya dibuka...." dan kedua jari tangan bidan pun mulai masuk..... @#$%^&]?[;<%!!!! Sambil meringis sambil dipegangin mama sambil zikir-zikir (oke lebay hehe) padahal sebenernya kalo dirasa-rasa sih gak sakit, cuma kurang nyaman aja selama 1-2 menit. Oh iya, kertas lakmus itu kertas buat ngetes apakah cairan tersebut cairan ketuban atau bukan, kertas tsb warna aslinya pink dan akan berubah menjadi biru apabila basah terkena air ketuban. Hasil dari observasi menggunakan kertas lakmus pun negatif, itu bukan cairan ketuban, namun bidan menemukan hal lain yaitu sudah terdapat pembukaan 1-sempit di mulut rahim saya. Denger itu rasanya seneng, takut, excited, campur aduk lah karena mikir sebentar lagi bakal ketemu jagoan saya nih.. Saya pun langsung memberitahu suami saya yang sedang dalam perjalanan ke RS, dari reaksinya sih dia juga campur aduk rasanya. Bidan pun melakukan CTG (CardioTocoGraphy); alat yang digunakan untuk merekam detak jantung dan pergerakan janin serta kontraksi pada rahim. Lumayan deg-deg an karena ini kali pertama saya melakukan CTG, gatau apa yang bakal dirasain, sakit apa gak seperti halnya cek dalem sebelumnya. Sementara saya sedang deg-degan itu, mama pun asik foto2 dari berbagai angle untuk mengabadikan moment tersebut dan mau di upload di Facebook, huff susah ya emak-emak yang ttp pengen eksiss! hihi..
CTG & Cek dalem pertama kali
Tidak berapa lama, suami pun datang dan hasil CTG pun sudah selesai dilaporkan ke Dr. Wulandari by phone and mail. Dokter menyarankan saya untuk pulang, cairan yang keluar membanjiri underwear saya sebelumnya juga dianggap cairan keputihan yang jenisnya bening dan tidak berbahaya untuk janin saat itu, dan bidan pun meminta kami kembali lagi jika memang setelahnya terdapat keluhan apapun. Bidan pun sempat mengatakan kalau untuk proses naik pembukaan pada anak pertama bisa lebih dari seminggu karena rahim ibunya belum pernah mengalami proses ini sebelumnya. Okay mbak bidan, noted!

Kamis, 29 Mei 2014
Karena sudah "divonis" terdapat pembukaan, saya dan suami pun insecure jagoan ini akan lahir sewaktu-waktu. Karena itu kita memutuskan untuk segera melakukan maternity photoshoot kami di pagi ini, sebelumnya memang sudah dijadwalkan pada akhir minggu ini sebenernya. Hari ini pun berjalan normal seperti biasa, bahkan kami sempat mengunjungi acara akikah dan nonton X-Men di bioskop (suami saya insecure ga akan bisa nonton berduaan lagi dalam waktu dekat karena bakal direpotin jagain bayi si jagoan kami hehe).

Jum'at, 30 Mei 2014
Hari ini juga berjalan seperti biasa, mulas yang dirasakan juga tidak seberapa dan saya pun mesti bener-bener ngerasa-rasa-in supaya terasa mulas. Nah loh bingung kan sama kata-katanya? hehe yaa pokonya gitu deh, masalah mulas-mulas masih aman. Sampai malamnya kira-kira jam 11, saya dan suami dikagetkan dengan air yang muncrat dari tubuh saya ke kasur dengan jumlah yang lumayan banyak. Awalnya kami pikir itu ompol, tapi sama sekali ga berbau pesing. Terpikir keputihan, tapi tidak berlendir. Kami pun langsung berpikir itu ketuban dan langsung menelfon RS untuk berbicara dengan bidan yang bertugas. Setelah dijelaskan ciri-ciri ketuban yang rembes/bocor, bidan meminta kami untuk mengobservasi sendiri selama sejam ke depan, apabila ada cairan yang tidak berhenti mengalir kami diminta untuk langsung datang ke RS. Memang sih selama saya menelpon bidan tidak ada cairan lagi yang keluar dari bawah sana, tapi setelah saya tutup telp saya merasakan keinginan untuk pipis yang kuat namun kali ini benar-benar rasanya tidak dapat ditahan sampai tempat tidur yang saya duduki pun kembali basah di bagian yang lain. Suami saya pun menyaksikan sendiri dan langsung bergegas siap-siap ke RS karena berpikir itu adalah ketuban karena saya tidak bisa menahan cairan tersebut dan jumlahnya lumayan banyak. Saya yang tadinya mengantuk langsung melek semelek-meleknya, suami saya pun langsung seger dan menyiap-nyiapkan segala sesuatunya untuk dibawa ke RS, untungnya koper persiapan melahirkan pun sudah siap digeret untuk dibawa. The funny part is saya masih woles-woles aja, tapi suami saya yang sok-sok kelihatan tidak panik  dengan ngomong "sayang, jangan panik ya jangan panik" tapi dengan nada panik. Selama nyetir ke RS pun terlihat panik tapi ditahan-tahan hihi lucu banget sih suamikk.. Sesampainya di RS, saya pun kembali diboyong kursi roda menuju ruang observasi yang sama, di tempat tidur yang sama, dan dilakukan proses yang sama pula, cek dalem dan CTG. Hasil cek dalem cairan tersebut bukan ketuban, hasil CTG bagus namun kontraksi mulai banyak, kemudian dilaporkan ke Dr. Wulandari. Akan tetapi kali ini saya tidak dipulangkan melainkan diminta untuk di observasi selama 6 jam, which is saya harus menginap di ruang observasi sampai keesokan paginya just in case ketuban sebenarnya benar-benar rembes/pecah, ada naik pembukaan, atau kontraksi yang semakin sering. Bidan pun kemudian memberikan piyama tidur dari RS supaya lebih nyaman untuk tidur. Okey, alhamdulillah saya ditemani suami yang sabar dan siaga walaupun saya tau suami saya tidak benar-benar bisa tidur malam itu karena kursi tunggu yang tidak memadai (kursi besi lipat yang ada mejanya yang biasanya dibuat ujian, huff..) dan dinginnya ruangan tersebut (suami cuma pake celana pendek dan memang alas kaki harus dilepas sewaktu masuk ke ruangan observasi). Thanks for being patient, hubby.. :)
Tidur-tidur tak nyenyak
Sabtu, 31 Mei 2014
Semaleman tidur di ruang observasi bikin badan saya dan suami capeeek bgt karena selain yaa gak bisa PW  karena bukan kasur sendiri, kami berdua pun kepikiran banget sama kondisi jagoan kami ini. Pagi itu dilakukan CTG dan cek dalam kembali setelah sarapan, hasilnya pun masih sama di pembukaan 1, kontraksi sudah mulai teratur di 10 menit sekali, namun karena memang tidak ada kenaikan pembukaan dan cairan-cairan yang keluar kembali kami pun dirujuk untuk pulang saja.
CTG pagi hari (abaikan muka bengep saya ya huhu)
Saya dan suami pun pulang untuk beristirahat membayar capeknya semaleman kurang tidur di RS, just in case malam2 selanjutnya kami harus bergadang kembali krn sang jagoan yang sedang bersiap meluncur ke dunia. Sorenya, atas saran beberapa teman dekat dan orangtua, kami memutuskan untuk mencari 2nd opinion di RS berbeda dan memang ingin bertemu obgyn langsung untuk dilakukan USG dan mengecek volume air ketuban di dalam rahim saya (selama di observasi semaleman di RS yang pertama tidak dilakukan USG karena memang hanya obgyn yang bisa melakukan USG dan memang subuh-subuh begitu ya tidak ada obgyn yang standby di RS sih..). Proses yang dilakukan pun serupa, tapi kali ini hanya USG, CTG, tanpa cek dalem (YAY!). Hasil USG alhamdulillah volume ketuban melebihi batas normal (13 dari 10), bayinya sehat tanpa lilitan, tapi ternyata jagoan kami belum masuk ke rongga panggul saya huhu, masih asik berenang muter2 kayanya, hasil CTG juga memperlihatkan turunnya ritme kontraksi, dalam 25 menit hanya terjadi 2x kontraksi, tidak seperti paginya yang 10 menit sekali. But for whatever it is, yang penting jagoan kami sehat, tidak kekurangan air ketuban, dan kami pun menjadi lebih aware untuk ngebujuk si jagoan buat masuk ke rongga panggul dengan harapan mempercepat terjadinya kenaikan pembukaan jalan lahir.


See? it's been a rough week for us! Bolak-balik RS, bayar ini-itu yang cukup banyak menguras kocek dalam seminggu (alhamdulillah ditanggung kantor, tapi walapun begitu tetap ada jeda waktu yang lumayan untuk proses reimbursement tersebut huhu). Dan sampai sekarang, belum ada seorang pun yang bisa mengidentifikasi secara pasti akan cairan yang menyembur banyak dari tubuh saya pada Jumat malam tersebut huhu. Saat ini, kami sekeluarga terutama saya dan suami benar-benar lagi dalam posisi siaga paling tinggi, walaupun due date-nya masih 2 minggu dari sekarang (14 Juni 2014) dan benar-benar deh rasanya tidak sabar menyambut jagoan kami yang sebentar lagi akan launching ke dunia. Bismillahirrahmanirrahim! :)

No comments:

Post a Comment